Restorasi Hutan Mampu Kurangi Risiko Kebakaran dan Pemanasan Global

Sejumlah personel Babinsa dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pekanbaru memadamkan kebakaran lahan gambut di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau, Senin (1/3/2021). Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) sejak 15 Februari hingga 31 Oktober 2021, untuk mengantisipasi musim kemarau panjang pada tahun ini agar tidak terulang bencana asap akibat Karhutla. (Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 14 Mei 2021 | 16:10 WIB

SariAgri -  Kebakaran hutan merupakan bencana kerusakan alam yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan kehidupan di bumi. Wilayah Amerika Serikat bagian barat telah memecahkan rekor kebakaran hutan terparah pada tahun 2020 lalu, hingga menimbulkan dampak pemanasan global dan penurunan ekosistem.

Selain itu, pola hujan yang berubah juga memperpanjang musim kebakaran hutan dan lahan di Mediterania hingga Australia. Sementara wilayah lain justru mengalami badai petir dan hujan yang dahsyat.

Melansir World Economic Forum, para ilmuwan menemukan bahwa restorasi hutan dan solusi alami lainnya ternyata dapat memberikan sepertiga dari mitigasi yang diperlukan untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat celcius.

“Adapun yang mempengaruhi perubahan iklim, termasuk pemulihan dan memperluas penyimpan karbon di hutan, membantu mengurangi resiko kebakaran hutan yang ekstrim,” kata Christophersen, Kepala Unit Alam untuk Iklim, United Nations Environment Programme (UNEP).

Konservasi dan restorasi hutan skala besar, lanjut dia, juga dapat melawan kebakaran hutan yang ekstrem secara langsung. Restorasi hutan yang terdegradasi dapat membantu mempercepat pengembaliannya ke kondisi yang lebih alami.

“Lebih banyak orang perlu memiliki kepentingan dalam memulihkan dan mengelola lanskap ini,” ungkap Peter Moore dari FAO.

Memadamkan Api dengan Api

Namun ternyata banyak ekosistem hutan di iklim sedang atau subtropis melakukan pencegahan kebakaran hutan dengan memulihkan pola kebakaran alami. Menurut para ahli bentang alam yang terbakar secara siklis alami mengandung lebih sedikit bahan yang mudah terbakar sehingga memperkuat ekosistem dan cenderung tidak mengancam manusia.

Membiarkan pola kebakaran hutan secara alami mungkin merupakan cara paling efektif untuk memulihkan beberapa jenis hutan terutama di daerah yang terpencil. Akan tetapi kebakaran hutan terkendali hanya dapat terjadi jika kondisi cuaca dan kelembaban tanah dapat membuat api lebih mudah dipadamkan.

“Kebakaran hutan secara alami dapat bertindak sebagai mekanisme yang mengatur dirinya sendiri,” kata Cara Nelson, dari Universitas Montana.

Pemulihan setelah Kebakaran Hutan

Restorasi hutan dapat membantu pemulihan hutan setelah kebakaran tergantung intensitas dan dampak kebakaran. Ketika kebakaran merusak lanskap vegetasi, penanaman hutan kembali dapat mengurangi resiko kehilangan tanah dan melindungi persediaan air tanah.

Penduduk setempat dapat menanam tanaman asli yang tahan api di sekitar rumah dan menghindari spesies invasif yang mudah terbakar. Menggunakan rumput asli dapat menghambat persaingan jenis tanaman yang invasif.

“Pemulihan hutan dapat dimulai bahkan saat api masih menyala, dalam bentuk pertolongan pertama dan rehabilitasi satwa liar yang terluka,” kata Christophersen, Kepala Unit Alam untuk Iklim, UNEP.

Membangkitkan Lanskap Hutan

Penanaman kembali secara aktif menjadi fokus restorasi bentang alam hutan di beberapa kawasan rawan kebakaran. Portugal juga merupakan contoh bagaimana mengurangi risiko kebakaran dapat berarti memulihkan tatanan ekonomi dan sosial di seluruh wilayahnya.

Baca Juga: Restorasi Hutan Mampu Kurangi Risiko Kebakaran dan Pemanasan Global
Perusahaan Swasta Ikut Cegah Karhutla lewat Dendang Lagu Tradisional

Rencana pengelolaan kebakaran nasional yang baru menggabungkan restorasi alam dan sosial sebagai salah satu dari lima pilarnya. Langkah-langkah untuk mencegah bencana kebakaran termasuk menilai lanskap pedesaan dengan lebih tinggi.

“Lebih banyak orang perlu memiliki kepentingan dalam memulihkan dan mengelola lanskap ini, diperlukan lebih banyak dukungan dari pemerintah dan bisnis untuk mewujudkannya. Komunitas pedesaan yang kuat dapat memahami nilai serta risiko kebakaran hutan dan lahan,” jelas Peter Moore.