Antisipasi Karhutla, KLHK Usung Teknologi Modifikasi Cuaca

Modifikasi cuaca untuk mengantisipasi karhutla. (KLHK)

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 9 Maret 2021 | 15:30 WIB

SariAgri - Jelang musim panas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga terkait, berupaya mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa wilayah rawan karhutla. Selain itu juga dilakukan rekayasa hujan bagi daerah yang akan mengalami bulan kering atau curah hujan rendah dalam waktu dekat di antaranya Riau dan Kalimantan Barat.

“Pelaksanaan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) di Provinsi Riau rencananya akan dimulai pada 9 Maret 2021 sedangkan di Provinsi Kalimantan Barat akan dilaksanakan mulai 11 Maret 2021," ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, R. Basar Manullang.

Basar mengatakan dalam rangka kesiapsiagaan dan mendukung pengerahan sumber daya, kedua pemerintah provinsi telah menetapkan status siaga darurat bencana karhutla sehingga BNPB siap memberikan dukungan termasuk dalam upaya TMC.

“Pesawat yang akan digunakan dalam penyemaian awan operasi TMC ini adalah Pesawat Casa 212-200 dan Pesawat CN-295 dukungan dari TNI AU. Posko operasi TMC akan berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru dan Lanud Soepadio Pontianak. Saat ini tim teknis sedang menyelesaikan proses pengangkutan bahan semai ke posko-posko operasi tersebut,” jelasnya.

Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lanjut Basar, bahwa La Nina masih bertahan pada intensitas sedang atau moderate. Sedangkan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam fase netral.

BMKG menyebut La nina masih akan bertahan pada level moderate dan berangsur menuju netral, pada semester I 2021. Sedangkan IOD akan berada pada kisaran Netral. Pada bulan Maret–April 2021 sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan masih berpotensi mendapatkan curah hujan menengah–tinggi (200–500 mm/bulan). Sedangkan sebagian besar Papua dan sebagian Sulawesi berpotensi mendapatkan curah hujan kategori Tinggi - Sangat Tinggi (> 500 mm/bulan). Secara umum, bulan Mei 2021 diprakirakan fase transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

“Dalam analisis bersama diperkirakan bahwa pada bulan Mei merupakan transisi musim hujan ke kemarau. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah untuk mengantisipasi tingkat kekeringan gambut yang mudah terbakar pada wilayah-wilayah tertentu. Mempertimbangkan kondisi tersebut, perlu untuk dilakukan TMC melalui rekayasa hujan pada awal bulan Maret,” terangnya.

Baca Juga: Antisipasi Karhutla, KLHK Usung Teknologi Modifikasi Cuaca
Dukung Pengendalian Karhutla, KLHK Berikan 1 Unit Helikopter ke Riau

Basar menambahkan, TMC dilakukan pada waktu tersebut karena pada Maret masih terdapat awan potensial yang dapat disemai menjadi hujan. Presiden Joko Widodo memberikan arahan untuk pengendalian karhutla tahun 2021. Salah satunya dengan mengoptimalkan teknologi yang memungkinkan kemampuan membaca tanda-tanda alam.

“TMC terus didorong menjadi salah satu upaya permanen dalam pengendalian karhutla. TMC dilakukan dengan meniru proses yang terjadi di dalam awan melalui aktivitas penyemaian awan (cloud seeding). Sejumlah partikel higroskopik yang dibawa dengan pesawat sengaja diinjeksikan langsung ke dalam awan agar proses pengumpulan butiran tetes air di dalam awan segera dimulai. Dengan kata lain, penyemaian awan bertujuan untuk mempercepat proses tumbukan dan penggabungan butir air di dalam awan sehingga terjadi hujan,” pungkasnya.