Berita agrowisata - Satwa kondisinya oke, yang tidak oke adalah soal finansialnya.
SariAgri - Ratusan hewan penghuni Taman Satwa Cikembulan, Kadungora, Garut, Jawa Barat, tetap bugar selama masa pandemi Covid-19 berlangsung.
Namun seiring kembali diberlakukannya Pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pengelola mulai kembali memutar otak.
“Alhamdulillah jika soal satwa kondisinya oke, yang tidak oke adalah soal finansialnya,” ujar Pengelola Taman Cikembulan Rudy Arifin, Minggu (24/1).
Menurut Rudy penerapan PSBB yang terjadi kesekian kali akibat pandemi Covid-19, membuat pengelola berbenah melakukan pengetatan.
“Beban paling utama itu biaya pakan dan operasional para pegawai yang mencapai Rp 200 juta lebih tiap bulan, sementara pemasukan tidak ada sama sekali,” kata dia.
Meskipun demikian, pengelola tetap memperhatikan kewajiban memelihara ratusan hewan yang berasal dari tiga kelas itu di lahan seluas lima hektare tersebut.
“Apalagi hewan peliharaan kami mayoritas dilindungi negara, jadi harus hati-hati dan penuh tanggung jawab,” ujarnya.
Saat ini rata-rata pengunjung paling tinggi yang datang pada momen weekend hanya sekitar 300 orang, angka itu jauh melorot dibanding potensi lahan taman satwa yang mampu menampung kunjungan hingga 5.000 pengunjung.
“Tapi kalau PSBB seperti saat ini malah tidak buka sama sekali, kami benar-benar terancam,” ujar dia.
Rudy menyatakan selain pakan yang menjadi kewajiban pengelola, persoalan tingginya beban tagihan listrik, iuran BPJS dan pegawai, menjadi beban tambahan yang harus ditanggung pengelola.
“Kami mengajak barangkali ada pecinta satwa berkenan membantu kami, atau pemkab memberikan insetifnya bagi kami,” kata dia.
Seperti diketahui, kawasan Taman Satwa Cikembulan Garut merupakan satu-satunya taman satwa yang berada di kawasan Priangan Timur atau Jawa Barat bagian selatan. Taman ini memiliki koleksi 446 hewan yang berasal dari tiga kelas yakni mamalia, aves, dan reptil.