Berita lingkungan - GPR merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan gelombang radar (gelombang EM dengan frekuensi 10 hingga 1000 MHz) ke dalam bumi.
SariAgri - Air bersih menjadi kebutuhan utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak semua wilayah mudah memperoleh air bersih.
Di wilayah Cisarua Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat misalnya, sebagian warga masih kesulitan mendapat air bersih. Untuk memberi solusi atas permasalahan tersebut Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) melalui Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang diketuai oleh Tito Latif Indra, melaksanakan survei dan pengukuran metode ground penetrating radar (GPR) di Asrama Bina Siswa SMA Plus Cisarua, Jawa Barat.
Metode GPR digunakan untuk mencari sumber air bersih di suatu wilayah. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat (Pengmas) yang dilakukan oleh akademisi FMIPA UI untuk mencari solusi atas kesulitan memperoleh air bersih yang dialami masyarakat setempat.
“Berdasarkan interpretasi hasil metode GPR oleh tim PPM UI 2020, kami memperoleh zona akuifer air tanah berada di sekitar Asrama Bina Siswa SMA Plus Cisarua berada di kedalaman 15-20 meter. Hasil interpretasi kami, zona akuifer air tanah berada di kedalaman 15-20 meter. Harapannya setelah mendapatkan hasil ini segera dilakukan pengeboran sumur sehingga tidak perlu membeli air bersih lagi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari warga di sekitar asrama,” ujar Tito menyampaikan hasil survei yang dilakukan timnya.
Sementara itu, dosen program studi Geofisika UI, Iskandarsyah, mengatakan bahwa Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat secara geologi tersusun atas litologi batuan vulkanik dan tuf pasiran yang tidak terlalu baik sebagai akuifer air tanah.
Akibatnya di beberapa lokasi masyarakat kesulitan memperoleh air bersih.
Air hujan yang turun ke permukaan sejatinya akan dapat ditampung di dalam reservoir air tanah namun karena litologi batuan penyusunnya didominasi oleh batuan vulkanik sehingga memungkin air tidak tertampung dan langsung masuk ke lapisan batuan yang lebih dalam.
“Ada kemungkinan lapisan akuifer air tanah di Cisarua ini merupakan tipikal air tanah dalam sehingga perlu menggunakan metode geofisika dalam menemukan zona akuifer air tanah,” ujar Iskandarsyah.
GPR merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan gelombang radar (gelombang EM dengan frekuensi 10 hingga 1000 MHz) ke dalam bumi dalam memetakan kondisi di bawah permukaan. Peristiwa pemetaan tersebut terjadi ketika transmitter GPR memancarkan gelombang EM ke dalam bumi dari permukaan.
Metode ini banyak digunakan dalam pencarian zona akuifer air tanah di beberapa negara seperti Jepang, Australia, dan Maroko. Pelaksanaan survei dan pengukuran metode GPR di Cisarua ini telah berlangsung pada 19-21 Oktober 2020 lalu.
“Kami berharap dengan kehadiran tim kami di lapangan dapat secara langsung menjawab kebutuhan masyarakat setempat, dan turut menciptakan kehidupan yang semakin layak,” ujar Tito.