Berita Kehutanan - Penyebab banjir di alur DAS Barito khususnya wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) akibat cuaca ekstrem.
SariAgri - Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), M.R. Karliansyah mengatakan penyebab banjir di alur DAS Barito khususnya wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) akibat cuaca ekstrem.
“Dengan demikian maka volume air yang masuk ke sungai itu luar biasa, jadi ada sekitar 2,08 miliar m3 yang masuk dibandingkan dengan kondisi normal yaitu 238 juta m3, sebagai contoh di Kabupaten Tanah Laut itu debit sungai 645,56 m3/detik, sementara biasanya hanya 410,73 m3/detik,” ujarnya.
Dari hasil evaluasi, lanjut dia, sistem drainase tidak mampu menampung debit air. Lokasi banjir umumnya berada pada daerah yang datar, elevasi rendah dan bermuara di laut.
“Di samping itu kami juga mencatat ada perbedaan yang besar antara tinggi bagian hulu dengan hilir sehingga pasokan air dari hulu dengan energi dan volume yang besar tadi waktu konsentrasinya lebih cepat terjadi genangan air banjir,” terangnya.
Baca Juga: Aktivitas Tambang Batu Bara Diduga Sebabkan Banjir di Kalsel
Dukung Ketahanan Pangan, Kemendes PDTT Akan Bangun Gudang Pangan Lokal
Dari kejadian tersebut KLHK memberikan beberapa rekomendasi antara lain mengurangi pasokan air dari hulu dengan membangun DAM, bendungan, sumur resapan, percepatan rehabilitasi hutan dan lahan di areal banjir serta terobosan terkait konservasi tanah dan air.
“Untuk rehabilitas DAS kita sudah melihat berdasarkan prioritasnya misalnya DAS Barito di Kabupaten Balangan itu ada 1640 hektar DAS Barito yang harus segera mungkin kita rehabilitasi, kemudian ada 20 DAS lainnya yang juga sama memerlukan percepatan untuk rehabilitasi,” katanya dalam Media Briefing Informasi Banjir Kalsel, Selasa (19/1/2021).
Dia mengatakan pada Januari tahun 2020 curah hujan normal 394 mm, sedangkan dari data BMKG 9-13 Januari 2021 sebesar 461 mm. Rata-rata ketinggian banjir yang melanda 10 Kabupaten di Kalsel antara 0,5 – 1,2 meter.
“Lokasi banjir berada di sepanjang alur DAS Barito dimana memang dari evaluasi yang ada kondisi infrastruktur ekologisnya yaitu Jasa lingkungan pengatur air sudah tidak memadai, sehingga tidak mampu lagi menampung aliran air masuk,” pungkasnya.