Berita kehutanan - Dari sisi biologi ditemukan ada 24 spesies burung, 15 spesies gastropoda, 8 jenis capung (odonata), dan 4 spesies herpetofauna.
SariAgri - Sebuah Kelompok Studi Biologi (KSB) Universitas Atmajaya Jakarta dan Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda bekerja sama dengan komunitas pecinta alam saat melakukan ekspedisi di Pegunungan Sisik Naga Purbalingga, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Hasilnya, tim ini mampu mendata dan mendokumentasikan kekayaan alam Purbalingga dari aspek biologi, geologi, sosial, ekonomi, dan budaya.
Koordinator Ekspedisi Sisik Naga Gunanto Eko Saputro menuturkan, ekspedisi yang telah berlangsung pada 23 hingga 29 Oktober 2020 ini, berupa pendataan terkait dengan sosial, ekonomi dan budaya dilakukan kurang lebih tiga bulan dari bulan Oktober hingga Desember. Pendataan dilakukan di 22 desa yang berbatasan dengan kawasan Pegunungan Sisik Naga.
Hasil ekspedisi menunjukkan keanekaragaman hayati yang melimpah di Pegunungan Sisik Naga tersebut.
Menurut Eko, pegunungan Sisik Naga merupakan sebutan bagi pegunungan yang berada di Zona Serayu Utara dengan topografi berbukit-bukit dan tampak seperti sisik naga jika dilihat melalui Google Earth. Wilayah tersebut membentang di utara Purbalingga mulai dari Kecamatan Rembang, Karangmoncol, Kara Karanganyar, Kertanegara, Karangjambu sampai Karangreja yang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Pekalongan dan Pemalang.
"Dalam ekspedisi ini, dari sisi biologi ditemukan ada 24 spesies burung, 15 spesies gastropoda, 8 jenis capung (odonata), 4 spesies herpetofauna. Kemudian ada puluhan jenis tumbuhan bawah, belasan jenis epifit dan puluhan jenis pohon,” kata Eko, saat melakukan Ekspose Hasil Ekspedisi Sisik Naga.
Pegunungan Sisik Naga juga menjadi rumah bagi berbagai spesies primata dan mamalia. Keragaman flora juga sangat melimpah dan menjadi ekosistem yang baik bagi berkembangnya satwa-satwa liar .
Beberapa satwa dilindungi kini terancam punah, seperti keluarga burung ada Elang Jawa, Elang Ular Bido, Elang Hitam, Cekakak Jawa, Cekakak Sungai, Cica Daun Besar, Rangkong Julang Emas, dan Kangkareng Perut Putih. "Juga keluarga primata ada Owa Jawa, Lutung Jawa, Monyet Ekor Panjang dan dari keluarga Mamalia ada Macan Tutul, Babi Hutan, Kijang dan masih banyak yang lainnya," ucap dia.
Selain satwa langka, tim ekspedisi juga menemukan beragam tumbuhan seperti rotan, pakis, keladi dan tumbuhan epifit serta tumbuhan berkayu. Flora langka yang berhasil ditemui seperti anggrek dan kantong semar juga banyak tumbuh di Pegunungan Sisik Naga.
Dijelaskan, Pegunungan Sisik Naga merupakan benteng terakhir hutan alam Purbalingga. Tidak ada wilayah lain di Purbalingga yang memiliki hutan dengan keanekaragaman hayati yang melimpah seperti Pegunungan Sisik Naga.
Hasil ekspedisi juga berhasil menyingkap 19 hulu sungai di Pegunungan Sisik Naga yang mengalir di Purbalingga dan ini menjadi penyedia air bersih bagi Purbalingga.
Kondisi Pegunungan Sisik Naga saat ini sudah terancam karena adanya perburuan liar, fragmentasi habitat dan perambahan hutan yang terjadi di kawasan hutan lindung. Beberapa titik hutan telah terbuka dan difungsikan untuk tanaman produksi seperti albasia, kapulaga dan glagah arjuna.